About Me

My photo
Makale, Sulawesi Selatan, Indonesia
Single

Thursday, September 8, 2011

Kerukunan Mahasiswa Katolik UKIT


"ada satu palu..palu..palu...
tambah satu palu jadi dua...
ada dua palu...palu...palu...
tambah satu palu jadi tiga,
ada tiga palu...palu...palu...
tambah satu palu jadi empat.."

ATAS BAWAH GOYANG-GOYANG
ATAS BAWAH GOYANG-GOYANG
GOYANG KE KIRI, GOYANG KE KANAN
BERPUTAR GOYANG-GOYANG
Senggol-senggol, pukul-pukul, elus-elus, tendang-tendang


Mahasiswa adalah penuh potensi. "Berikan saya tiga orang, maka saya akan mengguncang dunia; berikan saya tiga pemuda, maka saya akan mengubah dunia," kata Soekarno.
Mahasiswa (Katolik) adalah tulang punggung Gereja. Dalam waktu 10-20 tahun ke depan, mereka adalah kepala keluarga Katolik, ibu dari anak-anak Allah, Ketua Lingkungan, anggota Dewan Paroki, dan bahkan Pastor. Pentingnya pembimbingan Komunitas Mahasiswa Katolik (KMK) juga membawa tantangan tersendiri, terutama di era gelombang ketiga ini. Tantangan inilah yang perlu dirumuskan dan diatasi, demi masa depan Gereja Allah. saya hendak memfokuskan pada mahasiswa, sebagai pemuda tahap akhir menjelang pintu dewasa. Mahasiswa, sebagai seorang muda yang telah melewati luapan hormon masa puber, mulai menetapkan pikiran dan prinsip-prinsip hidupnya. Seorang kontraktor yang sedang menggambar peta bangunan, memilih pondasi, menyusun timeline, dsb. Di sinilah Gereja berperan sebagai perpanjangan tangan Yesus yang mengarahkan menuju yang terbaik bagi Kerajaan Allah dan baginya.

Alvin Tofler telah meramalkan so-called gelombang ketiga yang sedang kita alami. Kalau gelombang pertama adalah peradaban pertanian dan gelombang kedua peradaban perindustrian, maka gelombang ketiga ini adalah peradaban informasi dan Iptek. Zaman di mana manusia sudah mampu memperhitungkan dengan tepat
………..memiliki tantangan yang berbeda.

Diaspora fungsional maksudnya bervariasi dalam tugas. Mahasiswa punya tugas yang berbeda: jurusan berlainan, unit kegiatan mahasiswa berbeda, hobi bervariasi, organisasi beragam. Jika Anda penggembala, lebih mudah mana menggembalakan sekawanan domba atau menggembalakan domba, sapi, macan, dan gajah sekaligus? Selanjutnya, diaspora psikologis berarti tercerabut dari akar kultural tradisional. Di belantara beton-metal gelombang ketiga ini, budaya tradisional sedang diserang oleh badai budaya ’tidak jelas’ kerena merupakan melting pot dari berbagai budaya.

Ada dua golongan besar mahasiswa dalam KMK, yaitu aktif dan pasif. Golongan aktif adalah mahasiswa katolik yang aktif dalam kegiatan KMK di kampusnya. Yang pasif adalah mereka yang lebih memilih aktif di kegiatan mahasiswa lain atau fokus hanya ke studinya. Termasuk di dalamnya adalah mereka yang tidak tertarik dan menganggap KMK membosankan. Pembimbingan mahasiswa menjadi sulit; bagai menyetir truk tanpa power steering. Untuk menghadapi itu, diperlukan strategi khusus. Saya sangat setuju pernyataan aggiornamento Rm. Mangun (baca Gereja Diaspora). Betul bahwa tidak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri. Gereja harus berhadapan dengan ini. Gereja harus bersifat agile, tetap pada rel, tapi juga menyesuaikan diri.

Pembimbingan harus mengikutsertakan mahasiswa dan memberi kesempatan kepada mahasiswa itu untuk berperan. Tidak boleh ada monolog, harus dialog; bahkan, multi-log.
Manifestasinya, Pastor harus memberikan pendelegasian khusus terhadap beberapa mahasiswa yang telah dibimbing secara khusus pula. Saya menyebutnya dengan special forces (SF). Mereka adalah gerilyawan sekaligus intelejen Kerajaan Allah yang dapat jauh lebih leluasa bergerak ke dalam relung hati teman-temannya serta memiliki waktu yang lebih banyak dan intensif.

Ada dua bentuk proses KMK yaitu organisasi KMK dan organisme KMK. Bedanya, organisasi akan terpatok melulu pada fungsi dan hierarkis. Sementara itu, organisme lebih mengarah pada suatu mahluk hidup yang mandiri dan terus belajar; seperti tubuh kita yang sebenarnya terdiri dari milyaran sel yang hidup dan berkembang mandiri; dikoordinir oleh pusat syaraf. Dalam organisme mahasiswa Katolik akan ada banyak sel/neuron yang menjadi pusat-pusat kecil pembimbingan. Pusat-pusat ini akan tetap dikoordinir oleh Pastor. Masing-masing sel/neuron dikoordinir oleh SF. Dalam kesatuan sel/neuron ini, masing-masing akan memiliki kegiatan bersama per sel/neuron, seperti KKS (Kelompok Kitab Suci), sharing kelompok, dsb. Neuron/sel juga kan dibentuk dalam dunia maya melalui milis dan forum untuk menjaring mahasiswa pasif.
Sementara itu, dalam tubuh organisasi KMK, peran hierarkis tetap berfungsi. Kegiatan-kegiatan selayaknya organisasi KMK pun tetap ada: rapat, Misa bersama, Paskahan/Natalan, dsb.


Banyak alasan yang sering dilontarkan oleh kelompok pasif bahwa KMK itu membosankan; bahkan ada juga yang mengatakan, KMK itu ekslusif. Artinya, KMK hanya berguna bagi sebagian kecil mahasiswa Katolik (kelompok aktif), padahal masih banyak mahasiswa Katolik yang memerlukan sapaan dan pendampingan (kelompok pasif).

Saya pun sangat setuju jika persoalan ini bukan beban romo mahasiswa saja, melainkan seluruh individu yang terlibat dalam KMK (organisme). Artinya, mau tidak mau seluruh bagian yang ada dalam tubuh KMK harus meluangkan waktunya untuk berpikir dan berkarya guna perkembangan KMK. Mereka harus saling berkomunikasi satu sama lain sehingga akan muncul banyak ide dan teknik yang harus dikerjakan. Alhasil, KMK akan memiliki sebuah pondasi yang kokoh dan rajutan yang kuat antar anggotanya (organisme).

Salah satu bencana yang dihadapi masyarakat dunia, khususnya orang muda adalah apa yang disebut oleh Paus Benedictus XVI sebagai bencana “kekeringan spiritualitas” (Worth Youth Day di Australia 20 Juli 2008). 
Itu merupakan akibat modernitas yang menghancurkan tiga dimensi kehidupan kaum muda: 1) relasi dengan diri sendiri: menyebabkan kaum muda mengalami rasa kehampaan dalam hidup, rasa takut dan frustasi sehingga lari dari kenyataan hidup dan dari dirinya sendiri. Gejalanya: penyalahgunaan narkoba, alkohol, free sex, dugem, dll. 2) relasi dengan sesama: muncul sekat-sekat antar kelompok dan memandang yang lain sebagai “bukan kami”. Gejalanya: fundamentalisme, fanatisme, radikalisme agama dan terorisme, dan 3) relasi dengan alam lingkungan: eksploitasi alam secara tak bertanggungjawab dan demi kepentingan sekelompok orang. Gejalanya: bencana alam dan bencana sosial (kemiskinan, ketidakadilan, dll).
Masalah lain yang dihadapi oleh gereja dan masyarakat (termasuk kaum muda Katolik) adalah krisis kepemimpinan. Indikasi yang paling nyata adalah minimnya kader pemimpin muda Katolik yang berkiprah di lingkungan kampus, gereja dan masyarakat.



Tantangan dan Peluang
Tantangan terbesar yang dihadapi dalam pendampingan mahasiswa adalah hiruk pikuk perkembangan era globalisasi yang menawarkan informasi, produk dan gaya hidup (termasuk pola pendidikan) dengan strategi “penyeragaman” (homogenization), “pemaksaan secara halus” (hegemonization) dan “standarisasi nilai”-nya. Dampaknya, mahasiswa Katolik dapat hanyut dalam arus global itu dan mengalami krisis spiritualitas, krisis kepemimpinan, bahkan krisis identitas (kehilangan jatidiri dan arah hidup). Krisis itu dapat membuat mereka terasing dari diri, orang lain (keluarga, gereja, masyarakat) dan lingkungannya, bahkan merasa terasing dari Tuhan. Maka perlu komitmen dan strategi efektif untuk mendampingi mahasiswa Katolik menemukan identitas dan nilai-nilai spiritualitas dalam pengalaman personal dan komunalnya dengan Yesus, Sang Pemimpin Sejati. Terinspirasi oleh Nick Vujicic (seorang penderita cacat dari Australia), tantangan itu dapat dihadapi oleh mahasiswa Katolik dengan 3 hal, yakni memiliki cara pandang diri yang benar (lalu bersyukur atas diri), mempunyai visi yang jelas dan menempatkan Yesus dalam hidupnya (sehingga mengalami kepenuhan hidup). Tantangan lainnya adalah bagaimana membangun sebuah komunitas mahasiswa Katolik yang berdaya pikat, berdaya tahan dan kontekstual, beserta sistem pendampingannya yang efektif di tengah menjamurnya komunitas orang muda/mahasiswa (berdasarkan hoby dan bakat, bidang studi, kepedulian, ormas, dll). Yang lebih menantang lagi adalah mendorong mahasiswa Katolik untuk dapat menjadi rasul-rasul muda bersemangat “garam dan terang” di tengah berbagai komunitas itu.
Ada banyak peluang yang dapat diraih dalam pendampingan mahasiswa Katolik. Peluang itu antara lain mudah dan cepatnya akses informasi lewat berbagai media cetak dan elektronik untuk pengembangan kepribadian, intelektualitas, memperdalam iman Kekatolikan, dan kerasulan sosial-budaya-ekonomi-politik. Pemanfaatan media komunikasi ini perlu terus ditingkatkan untuk dapat “merebut per-hati-an” mahasiswa Katolik. Selain itu masih terbuka peluang penguatan sistem pendataan dan jejaring yang luas dengan berbagai pihak.

Mahasiswa Katolik juga perlu didorong untuk mencintai KS dan tradisi gereja, mengambil peluang program pelatihan, beasiswa, dan berbagai kegiatan dalam gereja maupun di luar gereja demi perkembangan diri mereka. Dukungan dan perhatian Gereja (hirarki, paroki, kelompok kategorial dan keluarga kristiani) pun tetap menjadi kekuatan sekaligus peluang yang perlu terus dioptimalkan pemanfaatannya. Akhirnya, minimnya kader Katolik dan pemimpin yang ideal di tengah masyarakat dewasa ini dapat menjadi peluang bagi mahasiswa Katolik untuk membina dirinya agar dapat menjadi pemimpin dan rasul masa depan yang unggul di tengah gereja dan masyarakat.

mahasiswa = kaum intelektual
Asumsi mahasiswa sebagai kaum intelektual sepertinya sudah mendarah daging di masyarakat, hal ini karena mahasiswa memiliki peluang mendapatkan pendidikan yang tinggi dibandingkan dengan masyarakat secara umum. Persentase mahasiswa yang sangat kecil dibandingkan dengan jumlah usia yang sama, memberikan posisi tawar pada mahasiwa untuk memliki peluang yang besar dalam mengakses informasi maupun jaringan. Oleh sebab itu mahasiswa masuk ke dalam kategori kaum intelektual dimana seorang mahasiswa memiliki daya untuk berpikir, menganalisa dan menggali lebih dalam banyak hal yang mereka temukan. Dalam nada yang sama, secara psikis mahasiwa memiliki jiwa yang suka pada tantangan, intensitas mahasiswa bergesekan dengan wacana dan masalah baik sosial maupun akademik mengolah jiwa mahasiswa menjadi dewasa dan memiliki kepekaan sosial. 
Hal ini jelas terlihat pada sejarah, dimana mahasiswa selalu menjadi pelaku perubahan (agent of change). Budi Utomo, Ikrar 28 Oktober 1928, Peristiwa Rengasdengklok, Tumbangnya Orde Lama dan lahirnya Reformasi merupakan serentetan mutiara yang menempatkan mahasiswa sebagai The Rising Star. 
Namun, untuk saat ini sepertinya mahasiswa tidak lagi memiliki power untuk muncul ke permukaan sebagai inspirasi perubahan yang bermakna bagi masyarakat. Kasus yang terjadi di Makasar misalnya, demo anarki mahasiswa mencoreng rentetan gelar kehormatan mahasiwa yang selama ini dibangun. Bisa dikatakan sahabat kita di Makasar bertindak benar memperjuangkan rakyat, namun apakah bisa dibenarkan dengan melakukan tindakan anarki, tentu saja tidak. Selanjutnya, gambaran apa dan seperti apa yang sekiranya patut diusahakan oleh seorang mahasiswa dalam perjuangannya. Apakah bentuk usaha/perjuangan hanya bisa dinilai dari aktualisasi demo dan kerumunan banyak orang??
Menjadi refleksi bersama, apa yang sampai saat ini kita lakukan apakah satu-satunya jalan yang terbaik, apakah kepekaan sosial kita sudah kita ungkapkan untuk sebuah perbaikan atau hanya common sesnse yang keluar dari otak cerdas kita (sebatas masturbasi ego)?

Mahasiswa Katolik diminta untuk berani menggugah dunia dengan peran dan kemampuan yang dimiliki. Menggugah dunia versi St. Paulus adalah menjadi pribadi yang cerdas, mencari kepenuhan iman, sehingga sampai pada akhirnya mampu menjadi suatu aksi pewartaan Kekristenan (nilai-nilai Kristiani). 
Pewartaan Paulus mengembangkan kekristenan. Paulus menjalankan karya kerasulannya dengan cara-cara baru yang brilian, inkulturatif dan kontekstual (bdk. Kis 17:22-25), serta melibatkan semakin banyak orang. santo Paulus merupakan sosok yang tidak pernah kehabisan akal dan mengusahakan sesuatu sampai tapal batas paling depan / bersemangat frontier (NoPas 2009 no. 40).

mahasiswa katolik sebagai warga negara
Rumusan Mgr. Soegijipranoto tentang
100%Mahasiswa 100 % Katolik 100% Indonesia adalah reffren yang selalu dikumandangkan oleh warga katolik yang tinggal dan terikat pada hukum Indonesia. Reffren ini, bukan sebatas lirik tanpa lagu, lagu tanpa kunci, juga lagu tanpa penyanyi. Reffren ini adalah nafas yang harus dilakukan untuk tetap menjadi hidup. Menjadi 100 % adalah totalitas kita sebagai warga Gereja juga sebagai warga negara Indonesia yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mempertahankan keutuhan bangsa dan menuntun Indonesia pada pemerataan kesejahteraan sosial. 
Dengan demikian Mahasiswa Katolik adalah bagian dari masyarakat juga bagian dari Gereja, usaha yang kita lakukan adalah bagaimana tindakan dan apresiasi tinggah laku kita merupakan bentuk kita untuk memuliakan dan meluhurkan Allah setinggi-tingginya, sehingga mewujudkan tatanan yang indah bagi kehidupan sosial kemasyarakatan.








membangun
 KMK..mulai dari mana..dari diriku...
Komitmen sebagai Ibu dari Loyalitas dan Dedikasi (KOMPAS, April 2005)
1. Demonstrate extraordinary efforts
Seseorang yang mempunyai komitmen tinggi, tidak segan-segan untuk melakukan upaya-upaya ekstra di atas batasan tugas-tugas formalnya.
2. Be commited
Seseorang yang memiliki komitmen tinggi akan selalu menunjukkan minat yang tinggi terhadap tugas-tugas baru
/yang diberikan  meskipun hal itu menambah bebannya.
3. Passion for Learning
Orang yang berkomitmen juga mempunyai minat yang tinggi untuk selalu belajar dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan, sehingga performencenya meningkat dari waktu ke waktu.
4. Be able to apply new knowledge
Dengan minat yang tinggi maka seseorang yang berkomitmen tinggi mampu mengimplementasikan inovasi-inovasi bar
u masukan-masukan.
5. Willing to sacrife
Karena dedikasi yang tinggi, maka siap untuk berkorban demi tujuan yang diyakini bersama dalam komunitasnya.
6. Express the pride
Memiliki kebanggaan terhadap tujuan komunitas da tidak segan menyampaikan hal-hal positif di masyarakat secara luas.

7. Be accessible
Menyediakan diri untuk mudah diakses sewaktu-waktu bila diperlukan olehhal yang penting menyangkut komunitasnya.

Seekor kura-kura terlihat sedang berjalan sendirian di tepi hutan, ia berjalan lamban dan kurang bersemangat. Rupanya ia iri dengan kemampuan si Rusa yang bisa berlari cepat sedangkan ia hanya bisa berjalan lamban sekali. Si rusa mengabarkan bahwa si Raja Hutan sedang kelaparan dan ingin memangsa siapa saja yang ditemuinya. Melihat si Kura-Kura yang lamban ia mengatakan, wah kalo si Raja Hutan bertemu denganmu pasti kamu akan menjadi santapannya, karena berlari saja kamu tidak mampu. Mendengar perkataan si Rusa maka Kura-Kura pun minta tolong untuk diajarkan bagaimana cara berlari cepat sehingga bisa terhindar dari ancaman si Raja Hutan.
Rusapun mengajarkan cara berlari yang cepat untuk menghindar dari terkaman si Raja Hutan. Kura-kura belajar siang dan malam tanpa lelah, namun meskipun berusaha sekeras mungkin tetap saja ia berlari tidak secepat rusa.

Suatu hari, tanpa sengaja si Kura-Kura bertemu dengan si Raja Hutan. Melihat si Raja Hutan yg sedang kelaparan dan siap memangsanya, si Kura-Kura berlari secepat yg ia bisa, namun jalan si Kura-Kura terlihat malah aneh dan si Raja Hutan malah tertarik untuk menangkapnya. Ia pun menangkap dan mempermainkan si Kura-Kura dengan cakarnya yg tajam. Akhirnya si Kura-Kura pasrah dan menarik seluruh anggota tubuhnya ke dalam tempurung sambil berdiam diri menunggu eksekusi si Raja Hutan.

Si Raja hutan berusaha dengan segala cara untuk menghancurkan tempurung Kura-Kura dengan kukunya yang tajam, dan dengan gigitan-gigitannya, namun tempurung itu sangat kuat, kokoh laksana baja. Akhirnya si Raja Hutan menyerah dan meninggalkan Kura-Kura bersama tempurungnya.

Kejadian itu rupanya diamati oleh seekor monyet yang ada di atas pohon. Si Monyet memberitahu Kura-Kura bahwa ia selamat dan si Raja Hutan telah meninggalkannya dengan frustasi. Beruntung kamu Kura-Kura karena kamu mempunyai tempurung yang kuat sebagai pelindungmu, tanpa harus berssusah payah untuk lari atau memanjat pohon seperti kami, ujar si Monyet.

Demikianlah setiap makhluk mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing sebagaimana diri kita. Janganlah terlalu fokus pada kelebihan orang lain, sampai anda melupakan untuk memaksimalkan kelebihan yang anda punya. Bersyukurlah atas apa yang kita punya dan jangan hanya memikirkan kelemahan diri kita, tetapi di balik kelemahan pasti ada kelebihan yang orang lain belum tentu punya.

Kata orang bijak, sesungguhnya tidak ada orang yang bodoh, yang ada hanya orang malas. Tapi, tahu kah para Sahabatku, bahwa sesungguhnya tidak ada orang yang malas di dunia ini, namun yang ada hanyalah orang yang tidak termotivasi. Ya! Begitu singkat dan sebuah kata yang sederhana. Motivasi. Ketahuilah bahwa kesederhanaan itu adalah kunci pembuka dalam memahami hal-hal yang sulit.

Begitu pun motivasi yang sekarang ini sangat dibutuhkan oleh kita generasi muda penerus bangsa dan agama. Bukanlah sebuah hal yang gampang menjadi generasi muda, atau biasa lebih enak kita sebut remaja. Tolak ukur suatu bangsa dapat terlihat dari para remajanya, para generasi muda. Baik kehancuran maupun kesuksesan suatu bangsa dapat kita lihat dari generasi mudanya.

Ketika seseorang remaja penuh akan motivasi, serta mempunyai berjuta inspirasi dan segudang kreasi, insya Allah dia akan menggapai prestasi. Motivasi sendiri adalah suatu dorongan. Dorongan yang dapat menggerakan kita. Dan asal mula energi atau tenaga dari dorongan itu pun bermacam-macam.
Jika Sahabat-sahabat mengerjakan tugas retorika karena Sahabat-sahabat memang senang tampil dan berbicara di muka umum, dan tidak mengerjakan tugas mata kuliah yang lain karena tidak senang maka itulah yang dinamakan dorongan emosi ( emotional motivation ), hanya menyangkut rasa, senang atau tidak, suka atau tidak.

Jika kita sudah termotivasi, bagaimana cara kita untuk tetap menjaga motivasi yang kita punya ? makanlah dengan orang yang punya motivasi, minumlah dengan orang yang punya motivasi, bertemanlah dengan orang yang punya motivasi, curhatlah dengan orang yang punya motivasi, kalau perlu satu kosanlah dengan orang yang punya motivasi. Ibarat kata pepatah, jika berteman dengan tukang minyak wangi, kita akan kecipratan juga wanginya, dan jika berteman dengan pandai besi, kita akan merasakan juga panasnya.
Seperti Sahabat dan saya ketahui, untuk mempunyai motivasi mengukir prestasi di masa muda bukan lah hal yang mudah. Namun itu pun bukan pula hal yang tidak mungkin bagi kita para remaja. Terima kasih atas partisipasinya. Saya yakin, Sahabat-sahabat adalah remaja-remaja yang punya motivasi, berjuta inspirasi, segudang kreasi untuk menggapai prestasi.

Lima Tantangan Utama untuk Motivasi Mahasiswa dan Prestasi.
1.        Budaya 
Menjadi bagian dari budaya yang tidak memiliki aspirasi, tidak ada tujuan, tidak ada tujuan, tidak ada pemahaman prestasi. Apakah seperti orang lain tidak terutama orang tua. Meninggalkan sekolah dengan rendah atau tidak ada kualifikasi dan mendapatkan pekerjaan pertama yang datang bersama dengan membayar tertinggi. budaya 'sub' ini mempertahankan diri karena menciptakan generasi ke generasi kegagalan.
2.        Sosial, Emosional, Perilaku 
Rendah kepercayaan diri dan / atau rendah diri yang disebabkan oleh isu-isu masa kanak-kanak seperti bullying, rekan tekanan, pengasuhan anak yang buruk, penyalahgunaan, pengabaian, kurangnya cinta. Mewujudkan sebagai fobia sosial, rasa malu kronis atau kemarahan, sikap negatif dan bahkan kekerasan. "Aku benci diriku sendiri" atau "Tak seorang pun akan menyakiti saya lagi".
3.        Tekanan peer atau Mentalitas Domba 
Ingin menjadi atau dipaksa menjadi bagian dari sesuatu yang dianggap sebagai yang signifikan atau manfaat. Atau, karena ada tekanan untuk menyesuaikan diri. Ini termasuk bergabung dengan kelompok-kelompok atau bergaul dengan invididuals profil tinggi yang memiliki reputasi.
4.        Apatis atau Kemalasan 
Tidak ada stimulasi yang positif. Tidak tertarik dalam segala hal. Dunia khususnya pendidikan tidak memiliki kegairahan, tidak bermanfaat. Tidak ada alasan untuk mencapai sesuatu atau siapa pun.
5.        Obat , jalan pintas…banyak alasan
Kebutuhan untuk mengambil obat karena tekanan teman sebaya, kenikmatan atau untuk menjauh dari masalah yang menyakitkan saat ini sedang dialami mental atau psikologis. Obat siswa mengambil berada di dunia lain ketika sedang mengajar.


Tak ada manusia
Yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali
Segala yang telah terjadi
Kita pasti pernah
Dapatkan cobaan yang berat
Seakan hidup ini
Tak ada artinya lagi


Reff 1:
Syukuri apa yang ada
Hidup adalah anug
rah
Tetap jalani hidup ini
Melakukan yang terbaik

Tak ada manusia
Yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali
S
gala yang telah terjadi


Back to Reff 1
Reff 2:
Tuhan pasti kan menunjukkan
Kebesaran dan kuasanya
Bagi hambanya yang sabar
Dan tak kenal Putus asa

Petani Cina
Ada sebuah cerita Cina seorang petani tua yang memiliki kuda tua untuk mengolah ladangnya. Suatu hari kuda itu melarikan diri ke bukit-bukit dan, ketika semua tetangga petani bersimpati dengan orang tua atas nasib buruk, petani itu menjawab, 'Sial? Good luck? Siapa yang tahu? "
Seminggu kemudian kuda kembali dengan kawanan kuda liar dari bukit-bukit dan kali ini para tetangga mengucapkan selamat kepada petani pada keberuntungan yang baik. Dia menjawab, 'Good luck? Nasib buruk? Siapa yang tahu? "
Kemudian, ketika anak petani dicoba untuk menjinakkan salah satu kuda liar, ia terjatuh dari punggung dan patah kakinya. Semua orang berpikir ini nasib buruk.Bukan petani, yang hanya reaksi, 'Sial? Good luck? Siapa yang tahu? "
Beberapa minggu kemudian tentara berbaris ke desa dan wajib militer setiap pemuda berbadan sehat mereka ditemukan di sana. Ketika mereka melihat anak petani dengan kaki yang patah mereka membiarkan dia pergi. Sekarang adalah bahwa keberuntungan? Nasib buruk? Siapa yang tahu?

Rasa angsa
Berikutnya musim gugur, bila Anda melihat angsa menuju selatan untuk musim dingin, terbang dalam formasi "V", Anda bisa mempertimbangkan apa yang ilmu pengetahuan telah menemukan seperti mengapa mereka terbang seperti itu. Karena setiap penutup burung sayapnya, menciptakan pengangkatan bagi burung segera berikut. Dengan terbang dalam formasi "V", seluruh kawanan domba menambahkan jangkauan terbang setidaknya 71 persen lebih besar daripada jika setiap burung terbang sendiri. 
Orang-orang yang berbagi arah umum dan rasa komunitas bisa mendapatkan tempat mereka akan lebih cepat dan mudah, karena mereka berjalan di dorong satu sama lain.
Ketika seekor angsa jatuh dari formasi, tiba-tiba terasa tarik dan ketahanan mencoba untuk pergi sendiri dan cepat ia akan kembali ke dalam formasi untuk mengambil keuntungan dari daya dukung yang diberikan burung di depannya. 
Jika kita memiliki rasa angsa, kita akan tinggal dalam formasi dengan orang-orang yang sedang menuju cara yang sama kita.
Ketika angsa kepala lelah, berputar kembali sayap lalat dan angsa lain titik. 
Hal ini masuk akal untuk bergiliran melakukan pekerjaan menuntut, apakah dengan orang atau dengan angsa terbang selatan.
Angsa bersuara  dari belakang untuk mendorong mereka di depan untuk mempertahankan kecepatan mereka. 
Pesan apa yang kita berikan ketika kita klakson dari belakang?
Akhirnya - dan ini penting - ketika seekor angsa menjadi sakit atau terluka oleh tembakan, dan jatuh dari formasi, dua angsa lain jatuh bersama angsa tersebut dan mengikutinya terbang turun untuk membantu dan melindungi. Mereka tinggal dengan angsa yang jatuh sampai dapat terbang atau sampai mati, dan hanya kemudian mereka memulai keluar sendiri, atau dengan formasi lain untuk mengejar ketinggalan dengan kelompok mereka sendiri. 
Jika kita memiliki rasa angsa, kita akan berdiri satu sama lain seperti itu.

No comments:

Post a Comment